google-site-verification: google69a94cdeb4b83c2f.html

Aug 12, 2008

KACAU......

"Hidup terkadang memerlukan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Namun tak semua orang bisa menerima kebenaran hati dengan leluasa. Tetapi hidup harus terus berlanjut......

*************************************************

Malam itu sunyi sekali. Tak seperti biasanya. Angin malam bertiup perlahan, menggoyangkan daun-daun pohon manggis.

Aku masih duduk di teras loteng bersama Kukun, nama panggilannya. Perawakannya sederhana. Tak jauh beda orang muda kebanyakan. Umurnya tiga bulan lagi, genap 31 tahun. Kali ini dia benar-benar merasa perlu datang ke rumahku. Kemarin dia menelepon dan janji mau datang.

“Tumben, Kun..?”

“Kamu juga tumben ada di rumah…”


Memang pertemananku dengannya sudah lama. Semenjak aku menikah empat tahun yang lalu, dia jarang datang ke rumah. Katanya sih sibuk! Memang dia ada lagi bisnis bikin poliklinik pengobatan. Belum lagi setiap hari dia kerja di kontraktor proyek.
“Yah, lumayanlah hasilnya. Kan nggak kerja ngantor, cuman tanam saham saja….” Begitu ungkapnya sewaktu ditanya tentang bisnisnya tersebut.


Kali ini, setelah sekian lama, mungkin hampir enam bulan, Kukun kembali datang dengan entah cerita apa yang ingin diutarakannya. Terdengar serius sewaktu pembicaraan di telepon kemarin.
Setelah bercerita tentang kabar dan pekerjaannya.
“Aku dah punya pacar, Fin…”
“Yaah..asyik dong…bawa dong kesini, dikenalkan ama ponakan…”

Kukun memandangku. Suaranya buatku terdengar ragu. Entah kenapa, aku merasa surprise juga akhirnya mendengar penuturannya kali ini. Semenjak dulu, Kukun tidak pernah punya pacar. Beberapa kali sewaktu aku masih pacaran dulu, Kukun kami kenalkan dengan cewek yang, mungkin saja, Kukun bisa tertarik! Tapi aneh juga, tak satupun yang meyangkut di hatinya. Lewat!


Tampang Kukun tak lah mengewakan. Beberapa temanku di kantor yang pernah melihat Kukun nongol di kantor, menanyakan tentang status kelajangannya. Itu pun tak ada yang pas di hatinya.

“Taulah Fin, aku belum pengen aja! Mungkin belum jodoh kaliii…” tanggapannya suatu kali.

Dihirupnya kopi susu yang disuguhkan isteriku.

“Tapi…aku ragu…”
“Nggak cantik…?” pancingku.
“Bukan itu…” Kepalanya menoleh ke belakang. Tak ada siapa-siapa. Isteriku sudah sibuk kembali untuk menidurkan anak-anaku di dalam kamar. Di tutupnya pintu.

“Jangan kaget ya Fin…”
“Hah…emangnya kenapa…?”
Kupandangi Kukun dengan serius kali ini.
“Baru kamu yang kuberitahu. Orang rumah belum ada yang tahu…”
“Oke…”
Kali ini dikeluarkannya sebatang rokok. Hah…???! Merokok? Seumur-umur baru kali ini kulihat Kukun merokok. Terlihat santai dan lihai sekali cara memegang batang rokoknya. Sebentar aku terbatuk karena terhisap asap rokoknya.

“Namanya Erik…” suaranya perlahan merendah ketika menyebut nama itu.
Aku tertegun sebentar. Aku yakin nama yang disebutnya itu nama gender laki-laki.
Kali ini Kukun diam saja. Tak ada lagi pembicaraan yang santai setelah itu. Aku sendiri bingung. Mau bicara apa.

“Oke…Kamu yakin itu..?”
Kukun tak menjawab. Matanya menerawang jauh ke kegelapan malam.
“Kun, itu keputusanmu. Rasanya memang sulit untuk mengakui pengingkaran hati yaa…”

***

Tiga bulan setelah pembicaraan malam itu.
Hape ku bernyanyi, tanda panggilan mnasuk. Dari Kukun.
“Fin, aku sama Erik mau ke Belanda, minggu depan…titip apa…?” Suara Kukun kali ini terdengar lebih yakin dan lebih meyenangkan. Syukurlah…

Erik yang memang warga Negara Belanda itu mengajaknya untuk ikut berlibur cuti kantor ke negerinya. Aku pernah melihat wajah bule itu sekali, mirip selebritis. Seandainyapun aku cewek pasti kukejar dia, tapi sayangnya dia pun….

Seminggu kemudian.
Hape ku berdering tanda ada pesan masuk.
Fin, aku diajak kawin di Belanda saat ini bagaimana pendapatmu…?

Aku menghembuskan nafasku dengan kuat. Tadi di kantorku ada teman yang ketahuan isterinya telah selingkuh dan terjadi adu mulut di dalam kantor. Seru. Memalukan. Tontonan gratis. Tapi tentulan itu masalah besar buat dia dan kantorku yang melarang habis karyawannya untuk selingkuh ataupun berpolygami. Ketahuan. Bakal ramai lagi besok. Dan kali ini. Kukun mau kawin…? Bagaimana caranya…? Huuuuh….



For my friend who always in lonely world....

8 comments:

  1. Tidak apa2.... kita musti support & selalu ada utk temen kita gimanapun dia... :)
    *salam buat kukun.

    ReplyDelete
  2. jadi inget temenku... mereka nikah di belanda beberapa waktu yg lalu.. aku selalu menghargai dan mendukung keputusan sahabatku. kalo memang itu yg buat dia bahagia, why not? jalan untuk kembali masih ada, mungkin memang ini yang harus dia jalanin dulu...

    ReplyDelete
  3. Merinding bacanya mas... hehehe
    Tetapi kita sebagai sahabat harus tetap mendukung apapun yang membahagiakannya.. iya toh

    ReplyDelete
  4. Hidup harus tetap berlanjut.

    ReplyDelete
  5. @ zee :
    Yaf...makasih zee dah mo mampir lagi...!

    @ fenny :
    Mungkin saja harus begitu yaaa...

    @ Nias Zalukhu :
    Iyya deeh...khan cuma cerpen...but siapapun yg mengalaminya...kita kudu tolerans yaaa...Siiip!

    @ imcw :
    Life is go on....thanks, dok...!!!!

    ReplyDelete
  6. SWT!! emang di negeri para meneer bisa ya menikah sesama jenis? wah tar bisa-bisa RYAN melarikan diri ke sono membawa grombolannya.

    ReplyDelete
  7. Kabarnya begitu...Biarlah klo Ryan ngabur ke sana...biar aman negeri ini...he...he..he...

    ReplyDelete
  8. waduuhh...masih banyak wanita di dunia ini..mengapa pria memilih pria?ga habis pikirrr..:)

    ReplyDelete