google-site-verification: google69a94cdeb4b83c2f.html

Apr 30, 2008

Template Blogger 3 Kolom ku yang baru

Akhirnya....berhasil juga aku menerapkan template baruku yang 3 kolom seperti yang tampil sekarang ini. Ufh, rasanya jenius dah...soalnya aku tuh tidak mengerti sama sekali dengan bahasa pemprograman komputer yang HTML atau XML.

Sebenarnya Template Blogger 3 kolom ini hanya merupakan produk download ku dari beberapa situs atau blog gretongan dan aku tinggal save as saja...praktis! Kalau buatan sendiri sih...akh, boro-boro membuatnya, mengerti saja aku minim sekali!



Juga ada saran dari blogger senior, buat kita para newbie yang ingin menerapkan template blogger 3 kolom yang baru, juga template blogger lainnya, cari Free Template Blogger yang memang ada pada situs atau blog yang dapat diandalkan kekuatan servernya. Gimana dong cara tahunya...? Caranya situs atau blog mereka yang sudah lama saja kita datangi dan download serta situs atau blog tersebut memang dikhususkan buat download Free Template Blogger. Soalnya kalau tidak seperti itu, katanya saat server mereka down, blog kita jadi ikutan down juga...weeeh repot dong! Dan selanjutnya juga keyakinan kita...kalau sudah yakin dengan situs tersebut...lanjuuut!

Terima kasih ya...buat Digitalize Your Life dan mas kendhin...telah membuat tampilan blog ku menjadi lebih eye catching....!

Pantun....Bunga Cinta

Bangun pagi rasanya segar
Bila mentari terang bersinar
Hati siapa yang tak jadi tegar
Bila bunga cinta selalu mekar

Samarinda indah di senja hari
Mentari hilang di peluk sepi
Aku kini tak lagi sendiri
Karena bunga cinta telah ada di hati

Manggis buahnya hitam sekali
Pepaya kuning dari Senggigi
...........................

Hati sunyi tak lagi menemani
Sang bunga cinta kini telah bersemi...

Manggis buahya putih manis rasanya
Belinya jauh sampai ke Jakarta
Kini aku sedang lah bahagia
Pelipur lara dia lah si bunga cinta

Naik angkot ke Samarinda
Bayarlah pakai duit receh semata
Bukan aku tak ingat berduka
Oooh cintaku untuk lah si bunga cinta....

About eat...Depend on You!

We usually eat because we are hungry. The sensastion of hunger is controlled by the hypothalamus in the brain and the usual reaction is an 'empty feeling' in the stomach. The hypothalamus react to the level of sugar in the blood and hunger can be delayed by eating a smaal amount of food containing a simple carbohydrate, for an example : a rice, breads,etc.

Appetitie is influenced by theappeal certain food ar a types of food have for each of us.

We have the ability to control our appetitie and thus we are able to eat less food if we wish to lose weight or ate more to gain weight.

It's mean, you can control for your body image. Do you want fat or no...it's depend on your mind...that a the bigger part for to control!

Apr 28, 2008

Ikhtiar....Template Blogger 3 Kolom...!!!

Selamat malam...
Selama sepanjang hari ini, Samarinda begitu cerah dan menyengat. Rasanya beraktifitas lebih nyaman.

Hari ini...tetap saja saya masih penasaran dengan Cara Mengganti Template Blogger yang benar. Beberapa kali saya coba dan aplikasikan sesuai dengan cara dan petunjuk beberapa Blogger senior...tetap saja hasilnya jadi aneh! Entah kenapa...mungkin karena belum beruntung kali niiih!


Sebagai orang kesehatan yang sama sekali tidak mengerti dengan bahasa program komputer seperti HTML, XML dan lainnya, saya pikir...tak apa lah...yang penting ikhtiar terus euy....Saya pasti bisa nantinya....!

Saat ini saya sangat tertarik dengan Template Blogger yang 3 kolom. Lebih efisien dan kelihatan lebih berwarna juga kereeen! Tentunya masih doyan yang gretongan saja akh...!

Pasar Malam,Potensi Yang Masih Belum Tergarap

Dalam setahun terakhir ini trend adanya Pasar Malam, begitu masyarakat menyebutnya, yang hadir dalam wilayah lingkungan pemikiman yang padat penduduknya menjadi meningkat. Dalam satu wilayah kelurahan saja bisa hampir terdapat setiap malam Pasar Malam diadakan pada beberapa lokasi yang berbeda. Taoi sayangnya, Pemerintah Kota Samarinda nampaknya sampai sekarang pun belum ada ikut berpartisipasi dalam hal pengaturannya yang lebih tertib. Karena saya masih saja melihat adanya kesemrawutan, para pengguna jalan raya yang terganggu dengan pasar yang melimpah sampai ke jalan raya....

Pemandangan semrawut bukan hanya berasal dari para penjualnya yang melimpah tetapi juga di perparah oleh menjamurnya para juru parkir dadakan yang men-cap kekuasan terhadap wilayah 'kekuasan' mereka. Di satu sisi mmungkin para pengunjung pasar malam tertolong dengan adanya para jukir ini....namun bila lebih jauh lagi kita menyimaknya, tentunya hal ini dapat semakin memperparah kondisi keamanan untuk wilayah pemukiman sekitarnya. Seringkali saya mendengar dan membaca adanya perkelahian para jukir karena berebut wilayah 'kekuasaan' mereka.

Pemerintah Kota, seandainya mau terlibat serius dengan pengelola Pasar Malam, tentunya hal ini dapat menjadi lumbung penyumbang APBD Pemkot. Selain juga tentuny terjadinya peningkatan perekonomian kerakyatan yang simperl dan berdayaguna, karena dari masyarakat terbawah sekalipun dapat berpartisipasi dalam kegiatan Pasar Malam ini.



Apr 27, 2008

This Time...No Hot!

Pagi tadi, seperti biasa, kelar shalat subuh sudah prepare buat jogging or senam bareng klub Jantung Sehat and aerobik massal di Kantor Gubernur. Buat saya, kegiatan ini menjadi rutinitas dalam sepekan seperti halnya juga bekerja setiap hari. Menyenangkan buat...badan terasa capek, pegal namun fresh dalam pikiran. Dan kembali jreeeng keesokan harinya. Dan pagi ini rasanya koq......

Pas datang di hall Kantor Gubernur...seperti biasa, umumnya memang lebih banyak kaum hawanya sih, terutama ibu-ibu yang badannya sudah pada expire date semua...apaan tuh...? he...he...he... ada aja! Ketemu teman kerja, ada Iwan di situ sudah datang duluan. Nih teman sih masih single...katanya siapa tahu dapet jodoh disni katanye...he...he...ada niat laen nih...!

Pas Senam Jantung Sehat nya...koq sebentar ya...ternyata instrukturnya yang cadangan rupanya, maklum sudah berumur paroh baya...nggak kuat lagi kali....Begitulah susahnya ikut senam/aerobik gretongan gini....kadang hot kadang terlalu cool...nggak keringatan senamnya! Maklumi saja.... ya...ya...ya...

Tak sampai satu jam dah selesai. Biasanya dengan instruktur senam yang lebih muda, senam dapat berlangsung sampai kurang lebih satu jam setengah ! Dapet segarnya!



Evening Tourisn Food/Kuliner at Samarinda

Perjalanan waktu yang cukup panjang membuat sebuah pemandangan baru yang pantas untuk dinikmati. Begitu juga dengan sebuah jalan yang berada di kota Samarinda, namanya Jalan Juanda.

Dulunya, era tahun 80-an sampai akhir 90-an, jalan Juanda merupakan jalan alternatif menuju pusat kota, jalurnya pun hanya satu. Kendaraan yang melintas masih terbatas sedikit, itu pun pada jam sibuk-sibuk hanya di lewati oleh kendaraan yang menuju kantor-kantor dan beberapa sekolah yang memang berada di daerah sekitar Juanda.

Sekarang, semenjak perkembangan perkotaan yang menyebar ke daerah pinggiran dan berdirinya Mall Lembuswana, Plaza Juanda dan jalan ring road ke arah Tenggarong, sepanjang Jalan Juanda sangat pesat. Dan yang paling menarik saya adalah ketika matahari mulai terbenam….

Hampir sepanjang jalan yang sekarang dua jalur itu berdiri tenda-tenda penjual makanan. Ada yang berdiri secara permanen ada pula yang memanfaatkan halaman luas beberapa kantor pemerintahan, lesehan maupun lengkap dengan kursi a la restoran. Semuanya di kemas dalam bentuk yang sangat menarik.


Jangan tanya soal menu yang disajikan…Lengkap! Dari berbagai macam jenis steak, mie pangsit biasa, mie pangsit hijau, masakan padang, burjo, terang bulan, gorengan, tella-tella kreez, dan aneka jenis roti. Begitu juga dengan aneka minuman juice dan minuman hangat jahe plus…pokoknya sip! Soal harga…mau yang murah, kudu keliling sebentar deh sambil membandingkannya..sah-sah saja! Mau yang eksklusif juga ada!

Suasana malam yang begitu ramai oleh berbagai macam tenda dan rumah makan lesehan plus pun hanya sekedar gerobak yang terlihat berjejer rapi di pinggiran jalan membuat Jalan Juanda menjadi tempat wisata kuliner malam hari yang menyenangkan…..


Apr 26, 2008

Transgender, life choice or lines...?

Ada yang menarik banget, kemarin sewaktu saya mendapati suatu bacaan yang tak biasa sama sekali. Transgender...! What is that?! Before its...saya juga belum faham benar maksud istilah itu sebelumnya.


Menilik dari arti harfiah sebuah kata tentulah berbeda bila memahaminya dalam paduan kata yang termasuk dalam sebuah istilah.

Trans berarti pindah, memindahkan ataupun beralih ke sesuatu. Gender berarti sesuatu yang berhubungan dengan kelamin, jenis kelamin manusia maksudnya. Ada pria dan wanita. Mungkin ada jenis kelamin manusia lainnya...itu tentulah berbeda persepsi dengan perbedaan yang menyertainya. Hah...? Berbeda bukan berarti musuhan khan...?


Oke, kembali ke Transgender.....begini...
Alkisah ada sepasang manusia yang saling jatuh cinta, menikah, tentulah dengan versi transgender mereka, dan lama, lebih dari 8 tahun belum juga dikarunia anak. Hah...? Anak...? (kaget lagi ya...?) Itulah uniknya manusia yang hidup dalam udara high freedom seperti di Amerika Serikat! Bagi para kaum transgender, mempunyai anak sendiri di negara semaju Amerika sana bukanlah hal yang sulit. Bank sperma ada. Pilih...pilih bibit sperma dari orang-orang tertentu...khabarnya juga bibit Einstein juga ada di situ lho...nah tinggal suntik dah ke pasangan trangender itu...istilahnya inseminasi instant gitu...jadi dah anak yang mereka inginkan!


Nah, dalam kasus ini, ternyata sang isteri divonis dokter tidak bisa hamil dan rahimnya harus dioperasi/diangkat. Namun sang suami, Thomas Beatie, yang juga dulunya adalah seorang wanita tulen dan menjadi transgender tanpa menghilangkan rahimnya, akhirnya berniat untuk hamil. Suami hamil...? Itulah....semenjak memutuskan menjadi transgender (jadi lelaki), Thomas menjalani terapi hormon untuk menimbuilkan ciri-ciri khas laki-laki dalam dirinya, seperti tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu layaknya laki-laki.


Setelah melalui proses berbelit dan rumit, Thomas pun mengikuti program inseminasi instant ini. Dan hasilnya....Thomas dinyatakan positf hamil! Kalau tak ada aral, sekitar awal Juli 2008 Thomas akan melahirkan putri pertamanya. Mereka sangat bahagia dengan kondisi ini meskipun di dunia luar, mereka tetap saja dapat kontroversi yang saling memojokkan.


Seperti kebanyakan para hedonist dunia barat umumnya, mereka berujar. "Kehidupan kami saat ini sangat bahagia. Hal terbesar dalam kehidupan kami adalah bisa memiliki putri kami sendiri..."


Dunia terhenyak dengan pemberitaan dari kaum trangender ini. Seperti disinyalir, katanya kaum transgender paling ogah bila untuk memounyai anak dalam kehidupan rumah tangga mereka.


Ufh, dunia memang ada-ada saja sekarang ini...


Apr 24, 2008

The Sign Of Global Warming...!!!

Semenjak memasuki awal tahun 2008 tadi, saya merasakan adanya suatu perubahan yang sama sekali berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Perubahan itu berasal dari ketidakmenentuan cuaca yang semakin mudah dan cepat berubah...hanya dalam tempo hitungan jam bahkan menit pun perubahan dapat terjadi dan saya rasakan.....Is it a the sign of global warming...?

Baru saja pagi tadi saja sudah terjadi dua kali perubahan cuaca yang sangat dramatis buat saya. Ketika mengeluarkan sepeda motor untuk dipanaskan di luar rumah, sebelum berangkat kerja, cuacanya terasa bersahabat dengan cahaya matahari pagi yang walaupun masih temaram kekuningan namun terasa menyengat saat terkena kulit tangan...ufh! Mungkin ini juga bagian dari tanda-tanda itu...?

Eh, setelah meminum segelas air teh dan sepotong sanggar cempedak...(naah, sekarang lagi musimnya khan...) sebagai sarapan pagi, mendadak Dhafin, sulung yang berumur 4 tahun itu sudah berlari kecil dari arah dapur dan berteriak-teriak hujan...hujan...Dan benar saja, cuaca seketika berubah total. Gelap. Awan mendung yang entah darimana datangnya sudah menyelimuti hampir seluruh langit. Titik air hujan mulai membasahi.

Belum lagi aku selesai memakai jas hujan...tiba-tiba cahaya matahari dengan garangnya menyilaukan mata. Ufh, apalagi ini...? Anehnya...awan mendung yang tadi begitu siap menggelontorkan hujan sederas mungkin...kini hanya nampak berjalan cepat dan langitpun mulai nampak bersih. Kupikir...ini aneh...tak biasanya seperti ini....dan ini sudah beberapa kali terjadi selama tahun 2008 ini...

Nampaknya inilah awalnya....maybe yes...maybe not...!

Apr 23, 2008

The Junk Food

The Junk Food...!
Istilah ini populer sekali di kalangan penikmat makanan cepat saji di seluruh dunia. Entah darimana asal istilah ini muncul dan siapa yang mempopulerkannya. Wallhualam...! Menikmati Junk Food....sesekali untuk melepas kejenuhan dengan makanan yang ada di rumah...boleh dong! Lantas, kalau makanan di rumah pun selevel dengan Junk Food...weleh...weleh...

KFC, Texas FC dan Mc Donald merupakan tiga diantara sekian produsen Junk Food kelas berat yang tetap eksis diantara dengungan para kritisi kesehatan tentang makanan yang membuat masyarakat dunia semakin gendut namun kekurangan gizi. Lho...koq bisa...? Gendut tapi kurang gizi...?

Keistimewaan yang ditawarkan Junk Food, selain praktis, cepat saji dengan rasa yang sangat menggugah selera...pun terselip kekurangan yang tanpa disadari konsumennya terus menggerogoti mereka. Uang...? Ya sudah tentu, makanan yang disajikan masih terbilang mahal dibandingkan makanan komplit di warung pojok / makan biasa. Menilik dari minimnya kandungan gizi seimbang di dalam menunya. Akh, mana kita tau....?

Nah...dari banyak laporan penelitian para ahli gizi makanan, menu yang mereka sajikan hampir sebagian besarnya, lebih dari 80% nya, adalah merupakan kandungan lemak, yang akan terus menumpuk dan dalam jangka panjang dapat membentuk butiran-butiran lemak di dalam aliran darah dan suatu waktu dapat menghambat laju aliran darah ke organ-organ vital tubuh kita. Bisa stroke...infark myocard acute (serangan jantung) dan sejenisnya. Ngeri juga...?!

Lantas, mereka, para ahli gizi, menyarankan untuk menghindari menu junk food dalam menu keseharian kita. Mereka juga menganjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan biasa yang banyak mengandung zat gizi dan serat yang lebih baik.

Mau sehat atau jantungan...?

Apr 22, 2008

Is dangerous Internetkholic?

Internetkholic...bahasa apa lagi tuuh...
Itu istilah buat para netter yang begitu merasa terikat dengan dunia maya...bila tak surfing, rasanya hidupnya jadi kurang bergairah...kurang bermakna...kurang...bla....bla.....bla...

Menurut penelitian pada American Journal Phsychiatri beberapa waktu yang lalu rasa kecanduan yang menghinggapi para netter telah menimbulkan efek yang membahayakan diri bahkan sampai kematian. Hah...? :-o

Para netter yang tinggal di Amerika dan kawasan Eropa kurang begitu merasakan efek negatif ini karena hampir semuanya dapat mengakses internet via PC di rumah. Sehingga dalam penelitian yang melibatkan sebagian besar para netter di Asia tersebut kurang begitu nampak angka yang berarti. Hal ini berbeda dengan kawasan Asian yang sebagian besarnya mengakses internet adalah sebagian besar melalui commercial public area atau lebih keren kita sebut Warnet, sehingga angka yang pastinya bisa dihitung. Misalnya di Korea Selatan terdapat 200 ribu anak muda yang internetkholic berat dan sebanyak 20 % nya merupakan High Internetkholic yang memerlukan perawatan rumah sakit untuk menyembuhkannya.

Lantas bahayanya...? Internetkholic mempunyai kecenderungan untuk mengakses input dan tekhnologi terbaru yang semakin menarik. Sebagian besar waktu mereka dihabiskan di depan komputer, menimbulkan keterasingan sosial yang signifikan dan peningkatan rating akses ke situs situs dewasa / porno dan gambling / perjudian yang semakin parah.

Bahkan dalam catatan peneliti, pernah didapatkan seorang internetkholic yang mengalami sudden death di depan komputernya di warnet. Wah...ini sih berbahaya juga ya....

When You Say Nothing At All

Everyday, we often to find a different problem in our life. Sometimes, we thought that was very very unfair because made us in sadness and harmfull heart.... :-(

Do you know...God always to see us. God always to make us better in everytime because it's very love with to us! And we often to blank to see how to far...how biggest... how deepest...to a our egoism. We had only to saw with physically at our life problem. We so easy to point it;s. Make a mind skin deep. For a while...we get a satisfaction. But its...for what..? Or when we feel a high frustation..we maybe told a...Nothing at All!!! :-x

Ok...not to easy for make a solving problem..bla...bla..bla...but there's something, we get forgetten it! God! God always together with us. Always look at us. Always give us to help.Maybe, it's difficult for to receive that because we always to look out on with a condition consumerism life....but we must to try make our mind to open for to repair mind...

When you say nothing at all....remember...God make all to use in your nothing... ;-)

Apr 21, 2008

Gula Refinasi....?

Gula Refinasi...Awas!
Mungkin tag begitu untuk mengantisipasi cadanya produk Indonesia sekarang yang lagi bikin masyarakat jadi jantungan...Lho..koq gitu? Lha...iyaa laah..bayangkan saja, belum lagi selesai masalah kelangkaan gas elpiji akibat konversi minyak tanah, muncul lagi soal ini. Lama-lama, stress deh kita...trus jantungan...gituuuu!

Ternyata, susah juga ya hidup di negeri Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Masalah bertubi-tubi muncul berseliweran...

Gula Refinasi merupakan gula mentah yang khusus diperuntukkan untuk kalangan industri/ pengusaha makanan dan minuman. Gula Refinasi sebelum dikonsumsi, diolah terlebih dahulu dengan metode tertentu...Masalahnya..?

Masalahnya Gula Refinasi juga beredar di kalangan masyarakat biasa...ya kayak kita-kita ini. Minum teh atau kopi tinggal campur gula..jadi deh! Nah itu dia....

Gula Refinasi disinyalir dapat menimbulkan gangguan kesehatan apabila dikonsumsi langsung begitu :-#.

Kata pemerintah sih..terjadi kebocoran distribusinya...(yaa...ditambal dong...!)

Yuph...kita tunggu saja masalah berikutnya...mudah-mudahan kita tidak jadi jantungan benar ya...?

Jalan Sehat atau Kampanye...?

Kemarin (Minggu, 20/4'08) merupakan hari yang bikin saya jadi sedikit kesal juga. Saya tidak berpikir kalau acara Jalan Sehat dalam rangka memperingati hari jadi Partai Keadilan Sejaktera yang ke-10 itu juga merupakan jadi ajang kampanye kandidat Pilkada Kaltim 2008. Huuuh...

Ceritanya, setelah shalat subuh, kami sekeluarga sudah bersiap-siap untuk mengikuti acara Jalan Sehat. Pas datang ke Stadion Segiri....woooow,pesertanya membludak banget...mungkin nyape puluhan ribu orang...karena memang panitianya menyediakan doorprize bejibun dan lumyan heboh...Umroh dan tiga buah sepeda motor. Bahkan, karena yang punya hajatan partai islam nii, doorprize-nya juga termasuk tiga ekor kambing hidup (katanya sih bisa buat akikah-an...)! Ha...ha...ha... lucu juga, seumur-umur baru kali ini ada door prize yang rada nyeleneh begini.

Sebelum acara Jalan Sehat...sudah ada kampanye (jelas-jelas mereka menyebutkannya...!!!) dan pada saat pengundian door prize pun...yel-yel kampanye pilkada terang-terangan mereka suarakan lewat pengeras suara.

Pada awalnya, saya pikir mungkin hanya sedikit, tak apalah...seperti iklan gitu...eeh,ternyata...terus berlanjut sampai acaranya selesai.

Kampanye pilkada secara resmi sih belum dimulai, tapi ternyata banyak juga cara mereka untuk mencuri start kampanye lewat berbagai acara lain yang berkaitan dengan partai yang mengusung mereka.

Dan sayangnya....kami tidak mendapatkan door prize-nya...!


Apr 19, 2008

Sebuah Kesadaran

Sebuah Cerpen
=============

Kususuri koridor rumah sakit yang lengang. Hanya hembusan angin subuh yang terasa menusuk-nusuk dan menampari wajahku. Sesekali terdengar jelas desiran angin yang saling berebut mempermainkan daun-daun pohon sawit yang berjejer rapi di sepanjang taman di samping koridor. Sudah beberapa kali kucoba menepis bayangan-bayangan terburuk dalam pikiranku…tapi entahlah selalu saja aku merasa gagal! Pun untuk subuh ketiga kali ini.
Kupejamkan mata kuat-kuat menahan rasa kantuk yang mulai menyergapku.

“Heran juga ni orang…sudah berkali-kali dikasi tahu…tetap aja membandel! Kamu tu dah nggak kayak ABG lagi….Naaa, sekarang, sakit begitu baru tau rasa! Ya orang juga yang sibuk dan mengurusi kamu. Kamu nggak bisa cuek kan kali ini dengan sakitmu….!” Suara kakak perempuanku yang terus mengomentari kondisi Fiyan yang terbaring lemas di ranjang ruang perawatan penyakit dalam. Sementara Fiyan hanya bisa diam. Bibirnya putih. Wajahnya nampak sekali layu, seperti orang yang kelaparan. Memang, sudah seminggu ini dia menanggung sakitnya dan tidak mau menyentuh makanan sedikitpun. Setiap kali makanan yang masuk ke mulutnya selalu saja dalam beberapa menit kemudian dimuntahkannya. Seperti hari biasanya juga, Fiyan memang susah sekali dalam soal makan. Selesai pulang kuliah, siang hari, bukannya makan, malah sering jalan dan main game bersama teman-temannya. Begitu juga malam harinya, selesai shalat isya, sudah tak kelihatan lagi batang hidungnya sampai menjelang tengah malam, saat orang rumah sudah mematikan lampu depan rumah baru dia datang. Dan biasanya mulutnya sudah bau rokok. Dalam keluargaku, enam bersaudara, tiga saudara laki-laki, cuma dia yang merokok. Bapak pun tidak merokok semenjak mudanya. Bapak yang memang tak bisa banyak bicarapun pernah menegur tentang kebiasannya itu. Reaksi Fiyan hanya diam. Tapi tetap saja kebiasaan itu dijalaninya. Aku juga beberapa kali menegurnya. Pun sama reaksinya. Tak ada perubahan. Mungkin perlu Tuhan barangkali yang harus menegurnya, baru dia mau menuruti.

Akhirnya rasa kantukku tak terkalahkan. Suasana dingin yang terasa membelai-belai mataku untuk tertutup semakin kuat. Rasanya seluruh tulangku berdenyitan saat kucoba membalikkan badanku ke samping sambil menarik selimut tebalku. Hari yang melelahkan hari ini. Dari pagi, belum lagi sarapan aku harus minta blanko surat pengantar jaminan perawatan rawat inap dari ruang perawatan ke kantor Askes yang terletak di gedung bagian depan rumah sakit. Ufh, jaraknya lumayan, bikin capek juga. Setelah sampai di kantor Askes, untung belum begitu banyak yang orang antri di situ. Suasana sejuk, karena ruang ber-AC, membuatku merasa sedikit merasa nyaman.
“Maaf, mas, ini yang harus difotokopi bukan yang ini…,” kata petugas Askes dengan ramah sambil tersenyum.
Aku kembali mengantri di pojok fotocopy-an. Ada 4 orang yang menunggu giliran disitu. Aku menghela nafas kali ini. Kesabaranku mulai diuji. Setengah jam berlalu, giliranku. Kembali ke kantor Askes. Sudah hampir dua kali lipat orang yang mengantri di situ. Kuperhatikan ada tiga orang petugas yang melayani dengan masing-masing satu komputer Mereka terlihat akrab dan trampil sekali dengan pekerjaan mereka. Satu-satu dipanggil sesuai dengan nomor antri dan hanya memakan waktu beberapa menit saja untuk melayani setiap orang. Kurang lebih 40 menit aku menunggu giliran di panggil nomer antrianku. Sabar….sabar…,aku berusaha menguatkan diriku sendiri. Begitulah, kalau kita ingin mendapatkan pelayanan gratis dari pemerintah. Sudah untung pemerintah mau memberikan fasilitas pelayanan kesehatan yang serba gratis di masa-masa sulit dan serba mahal seperti sekarang ini. Tak apalah mesti antri sana antri sini, urus sana urus sini, tokh, akhirnya gratis juga terhadap pelayanan yang kita dapatkan.
***
Hari ketujuh.
Kulihat wajah Fiyan sedikit lebih segar. Namun matanya masih terlihat sayu, seperti orang yang begadang semalam suntuk.
“Masih mual…?” tanyaku pelan. Kusodorkan roti bakery yang dibawakan oleh teman-temannya kemarin sore sewaktu membezuknya.
“Nggak lagi. Rasanya lemas.” Fiyan mengambil sepotong roti isi pisang. Kulihat cara dia memakan roti itu, akh, persis tingkah Ofin anakku saat kupaksa untuk makan. Malas sekali! Kutuang teh hangat dari dalam termos.
“Mau pake susu?”
Fiyan menatapku sebentar. Entah apa yang dipikirkannya. Mulutnya masih mengunyah roti dengan perlahan. Fiyan menggelengkan kepalanya.
“Kakak nggak pulang malam tadi ya…?” Tangannya meraih cangkir yang beirisi teh hangat kuberikan.
“Nggak!” Kutuang juga teh hangat buatan isteriku ke dalam cangkir. “Malam tadi Bapak nggak bisa kesini, ibu selalu menanyakan kamu, jadi Bapak khawatir kalo ibu ada knapa-napa…”
Memang, semenjak ibu stroke, sekitar tiga tahun yang lalu, otomatis kebutuhan ibu jadi amat tergantung dengan kami, Bapak, aku dan kakak perempuanku yang masih tinggal serumah. Dan sesekali isteriku juga membantu, namun ibu sering merasa lebih nyaman dilayani dengan Bapak.
“Masuk kerja hari ini…?”
Kutatap Fiyan dengan tatapan heran. Tumben juga dia menanyakan tentang hal seperti itu. Di rumah, Fiyan lah orang yang super cuek. Tak ada yang bisa membuatnya perduli dengan orang sekitarnya. Apa yang dia mau, harus ada. Tak perduli dengan keadaan orang lain, meskipun dengan Bapak sendiri. Dulu, sewaktu ibu belum sakit, beliaulah yang sering memberikan dan memanjakan kemauan Fiyan kecil. Namun akhirnya terbawa sampai besarnya. Seringkali aku berbeda pendapat dengan ibu mengenai hal itu. Namun beliau selalu membela si bungsu kesayangannya itu. Aku juga pernah protes tentang hal itu. Tapi selalu saja beliau menanggapi dengan lemah lembut.
“Dia kan adikmu juga. Mengalah untuk menang..tak apa lah…Nggak selamanya juga dia begitu. Ya…sudahlah!...” Begitulah Ibu. Aku juga tak ingin memperpanjang perdebatan itu. Semakin mengesalkan nantinya.
“Aku minta ambil cutiku 3 hari…”
Fiyan menghabiskan rotinya. Rasanya senang melihat dia mampu menghabiskan roti secuil itu. Sejak kemarin dia sudah bisa memakan makanan yang diberikan tanpa dimuntahkannya.
“Kak….” Suara Fiyan tertahan. Aku tak memperhatikannya. Aku mulai mengunyah rotiku yang kucelup ke dalam teh hangat di hadapanku. Semilir angin dingin berhembus membawa khas bau lantai rumah sakit yang sedang dibersihkan dengan karbol. Rasanya nyaman sekali roti yang kumakan. Teh hangat menjalari setiap centi tenggorokanku.
Satu persatu keluarga pasien lainnya yang terbaring di sepanjang selasar rumah sakit bangun dan mulai mengemasi peralatan tidur mereka. Kalau terlambat sedikit saja maka sang cleaning service dengan sigapnya membangunkan dan segera menggeser peralatan tidur keluarga pasien dengan tangkai slabernya. Memang sekarang rumah sakit pemerintah ini nampak jauh lebih bersih. Selain bangunannya terlihat baru juga nampak perbaikan pada taman-taman yang dibuat, nampak asri dan indah dipandang mata.
***


“Mas. Adiknya besok boleh pulang,” ujar sang dokter cantik yang memeriksa Fiyan hari ini. Senyumnya sedikit. Senang mendengarnya. Aku mengucapkan terima kasih. Terlihat dia dokter yang ramah. Kali ini dokter yang memeriksa Fiyan berganti lagi. Entahlah, dokter spesialis atau umum. Masih muda dan lincah gerakannya saat memeriksa pasien.. Sesekali terdengar suara lembut sekaligus tegasnya memberitahukan tentang kondisi pasien yang terjadi setelah diperiksanya.

Malam itu, arlojiku menunjukkan pukul 10 lewat lima menit . Aku mengoleskan lotion anti nyamuk ke seluruh bagian tangan dan kaki. Sudah hampir delapan hari aku menginap juga di rumah sakit menemani Fiyan, ternyata rumah sakit juga sarangnya nyamuk. Seperti di kampung saja. Nyamuknya tidak ketulungan. Meski pakai obat nyamuk bakar plus lotion anti nyamuk biar tokcer!
Sebelum kurebahkan tubuhku, sekali lagi kulihat Fiyan.
“Belum tidur..?” Kulihat Fiyan masih memencet HP nya, sms-an.
“Belum ngantuk…” Fiyan berhenti sebentar memencet HP nya. Matanya nampak masih segar. Ada senyum di bibirnya. Wajahnya kali ini nampak jauh lebih segar. TB Abdomen yang menggerogotinya mungkin mulai jinak dengan obat-obat yang sudah dua hari ini dimakannya. Perlu waktu enam bulan untuk mengkonsumsi obat-obatan TB tersebut agar dapat sembuh total. Kalau perlu sampai 7 bulan agar benar-benar dapat terlepas dari kuman TB tersebut, begitu kata dokternya.
“Kak…!” Suara Fiyan memalingkan wajahku kembali kepadanya, karena aku sudah siap-siap kembali keluar menuju selasar rumah sakit untuk merebahkan tubuhku. Ada karpet dan secangkir susu coklat buatan isteriku yang dibawakannya sewaktu membezuk sore tadi menantiku serta sebuah koran lusuh hari ini yang akan mengantukkan mataku.
“Ya…?” Kudekati kembali Fiyan.
“Maafkan aku yaa….!” Fiyan lalu memelukku erat disamping tempat tidurnya. Tak lama kudengar sesegukan, menangis. Entahlah…aku merasa dihormati kali ini. Aku merasa begitu tersentuh dengan sikapnya kali ini. Pelukannya erat sekali, seolah tak ingin terlepas lagi. Kulihat beberapa keluarga pasien yang ada di situ melihat heran kearah kami.
“Saya janji, Kak…saya akan menuruti kata-kata Kakak dan orang rumah.”
Aku tetap terdiam dalam pelukan eratnya. Selintas dalam benakku, aku mengurusinya selama dia di opname ini memang cukup berat bagiku. Bolak balik rumah sakit dan ke rumah, antar jemput Bapak dan Kakak yang ingin membezuk bergantian. Sungguh itu bukan perkerjaan yang bisa dianggap enteng. Belum lagi urusan obat dan mengantar darah ke laboratorium yang jaraknya cukup jauh, Fiyan pernah mengeluh soal ini sewaktu ibu pertama kali terkena stroke dan harus dirawat di rumah sakit.
Aku hanya balas memeluknya perlahan.

Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh di langit. Pertanda hujan. Sejak selesai Maghrib tadi awan mendung berarak menyelimuti bulan. Gelap sekali.
Kali ini aku rasanya bisa tertidur lebih lelap lagi daripada hari-hari kemarin. Suasana dingin mulai merayap. Perlahan kudengar suara gerimis hujan mulai bermain-main di atas atap. Terima kasih Tuhan, aku ingin tidur……


Pengalaman: Belanja Online Via Internet

Akhir maret tahun 2008 kmaren, saya coba surfing untuk nyari HP Nokia CDMA 6265i. Soalnya HP Nokia ku yang sekarang nggak enak banget dipakai, dah setahun di pake sih....tuts keypads nya alot banget....kalo sms-an...duuh pegal ni jempol kite....

Lumayan lama juga, hampir 3 hari saya bolak-balik nyari di banyak situs online shop...akhirnya dapet juga....Kenape saya nyari via online...karena di kota saya, Samarinda, mustahil dah untuk mendapatkannya.....nama toko online-nya : TOP SELLULER berkedudukan di ITC Kuningan Jakarta. Ada nomer kontaknya (telp dan handphone Pak Willy, si empunya!) Awalnya sih agak ragu juga...soalnya belum ada pengalaman belanja secara online sebelumnya....Tapi saya pkir...kalo belom pernah nyoba...yah nggak bisa tau dong...kebenaran tentang belanja online yang sering didengungkan banyaknya keraguan dan hantu penipuan!

Setelah pesan via sms dan transfer uangnya terlebih dulu...5 hari kemudian...(soalnya ada libur sabtu minggu, klo kita pesan pada hari kerja, 3 hari dah nyampe'!) baru nyampe N.6265i impianku. Utuh. Sesuai dengan gambar di toko online mereka. Senangnya saya...ALHAMDULILLAH!!!! Terima Kasih Pak Willy....!

Apr 17, 2008

Gelombang Cinta

Sebuah Cerpen
=============
Setiap kali aku pulang kerja pada sore hari, kulihat dia selalu asyik mengutak atik tanah dalam pot tanaman hias kesayangannya. Ada lebih 20 pot yang semuanya berbeda tanamannya. Bukan hanya hafal namanya, namun secara teoritis dia juga akhir-akhir ini menjadi pintar soal tanaman hiasnya. Namanya, cara hidup tanamannya, cara memberi pupuknya, bagaiamana bentuk daunnya yang sehat, bagaimana bentuk dan warna daun yang kekurangan cahaya matahari bagitu juga kalau kelebihan terkena sinar matahari dan seabrek tetek bengek soal tanaman hiasnya.

“Naaa yang ini namanya Gelombang Cinta! Mahal lho kalo sudah gede…weeey, kusayangi juga. Mudahan bisa tumbuh gede terus ya…..,” begitu ujarnya memamerkan tanaman hiasnya yang dibelinya di Pameran Hias akhir tahun lalu itu. Bentuknya biasa saja, menurutku. Seperti tanaman hutan. Itu sudah beberapakali dia menyebutkan kepadaku. Sampai akhirnya aku sendiri hafal yang namanya Gelombang Cinta. Bukan hanya aku tapi anakku yang baru berusia 3 tahun dan memang sering bersamanya, selalu menyebut dan menunjuk tanaman hias itu bila aku melewati mereka berdua tengah asyik bermain tanah.
“Tanahnya harus dibongkar dalam kurun waktu tertentu, biar gembur dan jangan sampai jadi sarang penyakit tanaman…gitu lho!” Begitu penjelasannya suatu hari saat aku menatap heran sikapnya yang begitu sayang dengan tanamannya sampai-sampai siang itu dia belum mandi sementara tanamannya sudah disiramnya.
“Pak…Pak…naaa ini Gelombang Cinta namanya….!Bagus lho!....” kembali suara Ofin, anakku yang berumur tiga tahun itu sambil menunjuk kearah tanaman hias itu sementara tangan satunya menarik masuk tanganku ke dalam rumah.
“Iyya sudah….!Bapak dah tau…!” kucium kedua pipinya….harumnya, wangi bedak bayi yang belepotan di wajahnya, sudah mandi rupanya. “Siapa yang mandiin Ofin?”
“Bu Amah, Pak! Bapak mau di ke mall ya…?” Matanya tajam ke arahku sambil tersenyum merayu. Begitulah gayanya kalau ada maunya. Aneh juga, mesti sudah diberitahu tentang awalan kata kalau mau pergi, pakai salah satu saja, kalau tidak ‘ke’ ya pakai ‘di’. Tapi tetap saja Ofin menggunakan kedua awalan itu bila dia mengajak untuk pergi ke mal.
“Lhaaa, Bapak kan baru pulang kerja…masih capek ! Nanti aja ya…kalo sudah libur…”
Kucium sekali lagi pipinya.
“Oke deh!” Ofin segera berlalu. Kali ini dia tidak merajuk. Mungkin hanya menyapa saja, karena seharian kutinggal kerja ke kantor. Syukurlah!
***
“Pak…Pak…Gelombang Cinta Bu Amah daunnya mati satu Pak…?” Ofin bergelayut di pinggangku. Kedua kakinya menjuntai. Ufh, ternyata jagoanku ini mulai tambah besar. Rasanya berat sekali badannya. Kuhembuskan nafasku keluar dengan kuat. “Capek ya, Pak…?”
Aku hanya memandang wajahnya sekilas. Segar. Kali ini pun sudah mandi. Wangi bedak di wajahnya yang berlepotan bedak bayi….terasa nyamn sekali. Kuangkat badannya dan kuciumi kedua pipinya.
“Kenapa daunnya mati…?” Sambil kujinjing kedua sepatuku setelah kuturunkan badannya.
“Tau….nggak dikasi makan siiih…?” Wajahnya seolah-olah seperti orang yang tahu tentang penyebab matinya daun Gelombang Cinta. Aku tersenyum, rasanya ingin seperti ngakak mendengarnya namun rasa penat badanku yang menahannya.
“Lho, emang makanannya apa Fin…?”
Aku terus berjalan ke belakang munyusuri lantai ulin disamping rumah Bapak, menuju ke pintu belakang rumah. Memang, rumah yang kami bangun berdempet langsung dengan rumah Bapak. Pintu samping rumah Bapak berbatasan langsung dengan pintu dapur rumah kami. Jadi sepanjang lantai ulin itulah berjejer berbagai macam tanaman hias milik Bu Amah, kakak perempuanku satu-satunya yang masih tinggal serumah dengan Bapak, sejak meninggulnya Ibu. Sekaligus area itu merupakan tempat menaruh sepeda motorku dan isteriku pada malam hari, garasi motor. Juga tempat bermain Ofin dan temannya.
“Kata Bu Amah pupuk…Apa sih itu Pak?” Kali ini diraihnya tas pungguku dan mulai membawanya dengan beban yang seakan membawa beban yang berat sekali. Ufh, kambuh lagi pertanyaannya. Sekali dia bertanya tentang asesuatu pasti nantinya akan ada muncul lagi serentetan pertanyaan barunya. Entah kenapa, menurutku anak-anak sekarang terlalu pintar. Mungkin karena sering minum susu instant barangkali. Terkadang aku merasa harus menghindar dengan cepat apabila Ofin mulai dengan sebuah pertanyaan. Seolah di otaknya telah tersimpan beribu pertanyaan yang siap dilontarkannya dan selalu minta jawaban pasti, kalau tidak…
“Bapak jelek!” begitu komentarnya kalau pertanyaannya tidak dijawab dengan tuntas.
Zaman sekarang sepertinya menjadi orangtua tak hanya sekedar sayang dan sabar saja, perlu pendidikan yang lebih lagi untuk bisa menghadapi kepintaran anak-anaknya.
“Lho Bu Amah kan punya pupuknya, mahal lagi harganya…”
“Koq mati sih Pak…” Ditariknya celana kantorku.
“Ofin kali yang matiin…” Aku mendelikkan matku ke arahnya.
“Mana ada…..” Ofin segera berlari keluar rumah. Sebentar kemudian kudengar suaranya saling berasahutan bermain dengan teman-temannya di luar rumah.

Setelah berganti pakaian sebentar. Rasanya lega sekali, di kantor sudah shalat Ashar, jadi punya waktu senggang sebentar menjelang Maghrib. Aku ke sebelah, rumah Bapak.
“Iya tuh, mati daunnya satu Ofin yang ngasi tahu! Jadi sisa dua lembar saja lagi daunnya. Sayangnya….” Bu Amah menyapaku. Kuperhatikan tanaman hias kecil itu. Nampak dua lembar daun, itupun nampak tidak sesegar sewaktu membelinya sekitar empat bulan yang lalu. Aku ingat, tanaman hias kecil itu dibelikan oleh Mbak Fitri, isteri kakak lelakiku ,kakak iparku yang setiap bulan datang berkunjung ke rumah Bapak. Waktu itu mereka membelinya di arena pameran tanaman hias. Harganya sekitar dua puluh lima ribu rupiah. Menurutku, mahal juga untuk tanaman sebesar jari kelingking dengan tiga buah daun kecil. Itulah hobbi katanya!
“Padahal perawatannya dah bagus ya…mungkin Kakak nggak cocok kali dengan gelombang cinta…” ujarku menghibur. Dia memandangku sebentar, terlihat sedih wajahnya.
“Mungkin juga ya…” suaranya lirih.
Aku duduk di depan rumah Bapak. Ada bangku yang terbuat dari kayu di situ. Cuaca sore terasa sedikit sejuk dibanding siang tadi. Sinar matahari sudah berubah warna menjadi kuning kemerahan. Kuperhatikan halaman depan rumah tetangga, pas di depan rumah Bapak. Sama juga, banyak tanaman hias memenuhi hamper setengah halaman rumah. Sampai ada juga tanaman hias yang brgelantungan dengan tali di plafon teras rumahnya. Beraneka macam tanaman ada di situ. Hmmmm, sekarang lagi musimnya tanaman hias! Beberapa waktu yang lalu sempat juga musim memelihara ikan arwana, ikan koi lalu ikan yang berjidat nong-nong…apa ya namanya…oooo iya, ikan
Entahlah nanti, musim apa lagi yaa….
Tak lama kudengar suara dari menara masjid orang mengaji. Kupanggil Ofin. Seperti biasa, aku ingin mengajaknya ke masjid untuk shalat Maghrib bersama.
***
Dua minggu setelah kematian daun pertama si Gelombang Cinta, setiap kali aku melewati deretan tanaman hias, mataku seringkali tertuju ke Gelombang Cinta, semakin layu saja daun-daunnya. Nampak menguning pada bagian pinggir daunnya. Tak ada tanda-tanda perkembangan daunnya menjadi segar apalagi tumbuh daun-daun yang baru. Sayang sekali, seandainya bisa tumbuh dan membesar seperti yang terlihat di pameran hias waktu itu, woooow, harganya bisa sampai satu juta rupiah per pohonnya.
Beberapa kali kulihat tanaman hias itu diganti tanahnya dengan tanah pupuk yang, katanya, baik untuk tanaman sejenis itu. Diberi pupuk khusus. Belum lagi kalau siang hari yang terik, Bu Amah selalu mencarikan tempat yang teduh untuk tanaman hiasnya itu. Kalau hujan lebat, dibawa masuk ke teras dapur yang teduh. Pokoknya, memelihara tanaman hias itu seperti merawat anak sendiri saja. Penuh kasih sayang.
“Menghilangkan stress…” Katanya suatu kali saat aku mengomentari sikap rajin merawat tanaman hiasnya. Memang kakakku satu ini hidup sendiri meski umurnya sudah tak muda lagi, entahlah, kalau hidup sendiri memang gampang terserang stress…mungkin. Untunglah, katanya, ada Ofin yang bisa membuatnya terhibur dibalik kesendiriannya.
***
Hujan lebat sore itu, membuatku berlari kecil melewati deretan tanaman hias di samping rumah Bapak. Mataku tak sempat mengawasi si Gelombang Cinta. Seingatku, sudah tiga hari ini aku tak sempat melihat si Gelombang Cinta tersebut, dua hari aku tugas keluar kota.
“Pak…Pak…Gelombang Cinta Bu Amah dah mati Pak…!” Suara Ofin menyambutku di depan pintu, orangnya belum kelihatan. Rupanya dia sudah tahu kedatanganku. Setelah menggantungkan jas hujan yang kuyup, ku dekap wajahku yang kedinginan dengan kedua tangan.
“Lho…kapan Fin…?” Kucium dahinya segera setelah pintu terbuka.
“Tadi siang! Ofin yang buang dalam tong sampah…!”
Sejenak aku tertegun. Terlintas di benakku, betapa sayangnya Bu Amah terhadap tanamannya tersebut. Disiram dengan teratur, diberi pupuk dan dijaga dari terik matahari…tapi ternyata takdir berkehendak lain. Mungkin benar kata banyak orang, tak semua orang bertangan dingin untuk memelihara tanaman hias tertentu. Perlu bukan hanya tekad dan kesabaran saja tapi juga takdir, mungkin, untuk memelihara si Gelombang Cinta.