google-site-verification: google69a94cdeb4b83c2f.html

May 5, 2009

KESOMBONGAN ITU AKHIRNYA.....

Kesombongan, siapapun dan dimanapun, pasti tak akan disukai oleh orang. Dengan berbagai alasan apapun, sifat yang satu ini selalu menimbulkan rasa tidak nyaman untuk orang yang berada di sekitarnya. Tapi anehnya, sifat ini bagi orang yang memilikinya, selalu tidak dirasakan sebagai sifat yang mengganggu bahkan cenderung orang merasa bangga!

Bangga...?! Yah, begitulah yang kulihat dari seorang teman sewaktu masa kuliah dulu. Aku sendiri merasa sifat yang dimilikinya juga terlalu berlebihan. Padahal kalau ditilik dari kehidupan ekonomi keluarganya tak jauh lebih baik dari kehidupanku dan teman-temanku umumnya. Bukan anak pejabat apalagi selebritis. Pergi kuliah juga, naik turun angkot. Lantas koq bisa sombong yaa...??? Apa yang mau disombongkan...? Huh...

Sebagai teman kuliah, satu kelas lagi, aku tak ambil pusing dengan sifatnya. Kadang aku lebih suka diam dan menunggu sifat 'sombongnya' itu memalukan dirinya sendiri. Entah jaim apa yang hendak dijaganya. Benar-benar aku tak paham dengan kelakukannya.

Ini bukan menggosipi dia lho....bagaimana kita mengambil hikmah dari sifat yang sama skali tak nyaman itu.

Sebagai sesama laki-laki, mulutnya juga terlalu bombastis mungkin. Banyak hal yang aku tak percaya sama sekali dengan pembicaraannya yang diutarakan!

Pun sampai akhir kuliah. Kelakuan dan sifatnya tak berubah juga. Nilai IP (indeks prestasi) yang didapatnya juga biasa saja.

Sampai suatu saat, saat kami semua telah bekerja dan mempunyai pasangan hidup. Kesombongan itu akhirnya rapuh jua. Tak ada pembicaraan yang 'high' ataupun gaya hidupnya yang 'selebritis'an seperti masa kuliah dulu.

Entah apa yang membuatnya berubah. Aku hanya bisa mengambil benang merah dari perjalanan masa depannya sampai pertemuan kami terakhir dengan isterinya yang menderita penyakit jantung dan seorang anak lelakinya yang cacat sejak lahir.

Pertemuan itu seperti menghentakkan semua gaya hidupnya semasa kuliah dulu. Gaya bicara 'high' bak tak bisa tergapai oleh orang lain. Gaya hidupnya yang terlalu jaim karena terjebak oleh perkataannya sendiri. Entahlah....

Dia sepertinya 'jatuh tertimpa tangga pula' saat petemuan itu. Aku sendiri tak banyak berkomentar. Kubiarkan dia bercerita dengan sendirinya. Aku menjadi pendengar yang baik. Sampai akhirnya kami berpisah lagi di malam hari itu. Tak ingin aku mengungkit masa lalu dan keberadaan kondisi isteri dan anaknya.

"Sahabat, hidup ini dinikmati dengan kesederhanaan akan membuat kita menjadi lebih rendah hati dan jauh lebih dihormati....."

4 comments:

  1. Setuju mas, lebih baik kita hidup secara sederhana dan rendah hati

    Pondokku

    ReplyDelete
  2. Setujuuu banget...
    hahaha..
    nice posting..

    Silahkan berkunjung ke BLOG HEBOH dan jangan lupa berkomentar karena BLOG HEBOH masih tetap DOFOLLOW dan jangan lupa kasih tau kalo ada postingan terbaru >>
    Posting Terakhir BLOG HEBOH :Tutorial atau Panduan Ciao | $5 dalam waktu 1 Jam

    ReplyDelete
  3. Mungkin itu teguran dari Tuhan ya mas. Oya, beberapa hari yg lalu rumah tetangga saya terbakar. Si pemilik rumah (sang istri adalah orang yg suka memfitnah dan menjelekkan ayah saya di mata orang lain). Sedangkan sang suami punya sifat sombong. Semoga musibah itu membuat mereka sadar.

    ReplyDelete
  4. @ Erik :
    Iyya pak...makasih ya dah mampir...!

    @ RendyBlog :
    Thanks ya, dah mampir, I'll follow yours!

    @ iskandaria :
    Waah...kena kisas dah yaa...Mudahan kita semua bisa mengambil hikmah dari kejadian yang ada....

    ReplyDelete