google-site-verification: google69a94cdeb4b83c2f.html

Apr 23, 2009

PERSAHABATAN BAGAI KEPOMPONG

Mempunyai teman apalagi sahabat buatku seperti mempunyai tabungan untuk kehidupan. Tabungan yang membuat aku bisa bicara, bisa bekerja,bisa kontak dengan dunia maya, bisa melakukan apa saja yang membuatku akrab dengan lingkungan sekitarku dan membuat opini-opini baru dalam ranah pikiranku yang masih sempit.

Namun dibalik jalinan keakraban yang ada, memperjuangkan nilai-nilai hakiki sebuah persahabatan bukanlah hal yang mudah. Berbagai kejadian yang ada justru membuatku menilai arti persahabatan yang ada.

Menilai persahabatan bukan memberikan judge terhadap teman. Tapi justru introspeksi buat aku sendiri. Bagaimana aku menjalaniya dengan nilai-nilai yang benar sebagai seorang sahabat.

Layaknya sebuah metamorfosis ulat menjadi kepompong, persahabatan itu pun seperti itu yang terjadi padaku.

Awalnya aku tidak pernah tahu kehadiran seorang teman yang nantinya berubah nama sahabat. Begitu biasa. Begitu saja terjadi. Tak ada komitmen. Tak ada term yang dibuat. Hanya hati yang bicara untuk saling menjaga. Kubiarkan ulat itu tumbuh dengan nutrisi yang tinggi. Saling berbagi. Saling curhat. Kerjasama. Jalan bareng.

Akhirnya ulat itu tumbuh menjelma menjadi kupu-kupu yang cantik. Persahabatan berbuah manis. Banyak hal yang positip yang dapat aku raih. Banyak pula kesenangan yang kudapat lewat persahabatan. Saat aku terlempar ke sudut kehidupan yang sempit hingga tak kuasa lagi bergerak apalagi berdiri, sahabat datang dengan uluran tangan yang kokoh untuk menggapai dan menggandengku. Berdiri. Berjalan. Meraih hal yang baik bersama-sama, meskipun bukan hal yang terbaik.

Namun sahabat bukanlah manusia yang sempurna. Yang tak pernah salah. Yang tak pernah kesal. Yang selalu menyembunyikan kesedihannya untuk memberikan senyum kepada sahabatnya. Hanya manusia biasa. Pun sahabatku begitu. Setiasp kali awal pasti pula setiap kali ada akhirnya. Tak ada tawa yang terus ceria. Tak ada tangis pula yang tak terisak. Pun kupu-kupu cantik itu akhirnya lelah untuk terbang dan menghisap madu. Terdiam untuk menghempaskan sayapnya yang mulai rapuh. The end of rest life....

Selamat jalan sahabat, meski kita tak lagi bersama. Meski jauh di ujung lautan dan gunung tinggi yang terbentang, kenangan indah pernah kita buat. Metamorfosis persahabatan kita seperti kehidupan ini. Ada tapak yang harus kita jalani. Ada banyak lorong lain yang berbeda untuk kita tempuh.

Persahabatan bagai kepompong....
Sekali terjalin.....untuk selanjutnya menjadi keindahan dan sekaligus kenangan yang tak pernah sama untuk di ulang kembali...

For my best friend at Malang

5 comments:

  1. Setiap ada permulaan...selalu ada akhirnya...kita harus siap untuk menerima kenyataan semacam itu...!

    ReplyDelete
  2. tak semua siklus bisa diplening n dimenej...

    thengs atas kunjungannya sahabat :)

    ReplyDelete
  3. Kenanglah kebaikannya, lupakan keburukannya.

    ReplyDelete
  4. ada mantan pacar... ada mantan istri.... tapi gak akan pernah ada mantan sahabat :)

    ReplyDelete
  5. @ ammadis :
    Thanks atas komment nya...

    @ HASTu W :
    Thanks juga...

    @ Erik :
    Iyya sebaiknya begitu...

    @ ichanx :
    Bener juga ya chanx....padahal kalau di pikir pacar atau isteri kan jauh lebih akrab daripada sahabat yaaa...

    ReplyDelete