google-site-verification: google69a94cdeb4b83c2f.html

Nov 19, 2008

CERPEN ONLINE : "KAMAR TERLARANG"

Dea menangis waktu dini hari itu. Cukup lama. Hampir jam 4 subuh waktu itu, masih ada sesenggukannya. Matanya nanar menatap sekeliling ruang dengan dinding warna abu-abu terang. Giginya gemeretakan menahan rasa takut yang begitu menggelora dan menggerogotinya malam itu.

Malam itu merupakan malam pertama di tempat kontrakkaannya yang baru. Tiga hari yang lalu Dea sudah sepakat dengan pemilik rumah mengenai harga dan peraturan yang mesti ditaatinya. Sebuah kamar di lantai bawah dekat gudang dibiarkan terkunci, tidak boleh dibuka, siang atau malam! Dea menyanggupinya. Dengan harga sewa per bulan yang terbilang standar buat Dea. Hari itu juga Dea berkemas mengangkat dan memindahkan barang-barang miliknya ke rumah kontrakan yang baru tersebut.

Entah mengapa malam itu, menjelang pukul 12 malam, terdengar suara musik mengalun awalnya. Semakin larut, suara musik dari belakang, dekat gudang, bersampingan dengan dapur, itu semakin kencang dan menghentak. Seperti musik disco dan seperti ada yang tengah berpesta. Suara itu memang tak terlalu nyaring, tapi di tengah malam itu buat Dea yang memang terbiasa hidup sendiri semenjak lulus SMA dari kampung dan kuliah di kota, suara itu sangat jelas terdengar!

Karena penasaran yang terus menyelimutinya, akhirnya Dea tak tahan juga untuk beranjak dari tempat tidurnya. Perlahan ditelusuri selasar rumah menuju kamar dekat gudang. Ternyata memang arahnya semakin jelas terdengar dari kamar yang tak boleh dibuka tersebut.

"Aneh, koq ada orang yaa..." desah Dea heran sambil menyorotkan lampu senternya ke arah pitu kamar. Dari dalam kamar tersebut hanya terpendar cahaya dari lampu yang tak terlalu terang. Kadang sesekali berkedap kedip seperti lampu yang mau mati.

Suara musik yang semakin jelas dari arah kamar yang terlarang tersebut. Dengan tanpa rasa curiga sedikitpun Dea semakin berani mendekati.

Tiba-tiba saja seluruh bulu kuduknya berdiri. Angin malam yang bertiup kencang malam itu menyisir rambutnya yang sebahu. Ufh, dingin sekali. Dea tiba-tiba merasa tubuhnya seperti terdorong ke arah kamar terlarang. Tak ada kekuatan dari Dea yang mampu menolaknya. Hanya saja Dea merasa seperti tersedot dengan kuat ke arah kamar trlarang tersebut.

Belum lagi tangan Dea menyentuh gagang pintu kamar tersebut, dengan perlahan daun pintu terbuka perlahan dengan denyit seperti suara nenek sihir yang terkekeh. Seram sekali, pikir Dea. Kali ini Dea tak lagi melihat sebuah kamar. Sebuah ruangan luas dengan lampu-lampu disko yang berkelap kelip bak sebuah diskotik di sinetron-sinetron yang sering di tontonnya di televisi. Banyak orang yang tengah berjoget joget di dalamnya. Semua membelakangi Dea. Akh, seumur hidup Dea tak pernah pergi ke pesta a la diskotik begitu!

"Ayo bergabung...!!!" suara dari arah belakangnya terdengar jelas di teling Dea! Saat Dea berpaling ke arah suara itu. Braaaakh...AAAAAAkh! Bukan main, Dea ternganga, matanya hampir saja keluar dari tempatnya. Mulut Dea tak mengeluarkan suara. Hanya keterkejutan luar biasa yang dirasakannya. Sosok itu bukan manusia biasa.

Raut wajahnya menyerupai alien yang pernah ditontonnya. Dari kedua tangannya menetes darah yang berwarna merah segar. Wajahnya tak lagi nampak karena tertutup oleh robekan daging yang entah darimana asalnya.
Dea ingin berlari. Kakinya seperti sedang membatu dengan lantai.

Selanjutnya, sesaat kemudian. Dea sudah tak dapat melihat lagi apa yang tengah terjadi. Telinganya pun sudah tertutup oleh kebisuan dan dinginnya di malam jum'at kliwon itu.

Perlahan lamat-lamat terdengar suara orang mengaji dari arah masjid yang terbilang cukup jauh dari rumah kontrakan Dea. Dengan tubuh yang masih menggigil ketakutan, sekuat tenaga, Dea berusaha berjalan menuju pintu luar rumahnya.

"Lho, koq duduk di situ, dik?" tanya warga yang mengenal Dea, melihat Dea duduk di lantai teras rumahnya. Dea tak menjawab. Dipeluknya ibu-ibu itu sambil menangis.

2 comments:

  1. bagus sekali cerpennya..
    gak nyoba dikirim ke majalah?

    ReplyDelete
  2. Eanakan di postingan di blog, pak...always accepted! Wakka...ka...ka...ka...!

    ReplyDelete